Dulu aku hanya sendiri, sewaktu memperjuangkanmu untuk kumiliki.
Bermacam cara kutempuh agar kamu tau betapa ingginnya kamu kurengkuh.
Berharap kamu mau walau sekedar melirikku, lalu melihatku sebagai lelaki
yang tepat memilikimu.
Dan ketika kamu berhasil kumiliki, aku sempat merasakan sebuah
kemenangan, meski itu baru kemenangan kecil, yang demi mempertahankannya
juga perlu perjuangan. Iya, berjuang meyakinkan mereka-mereka yang
tidak setuju, melawan penjuang-pejuang lain yang coba mengganggu,
berjuang mengatasi egoku dan memastikan kesetiaanmu.
Tapi aku bahagia. Setelah ada kamu, aku tak lagi berjuang sendiri.
Kita berjuang bersama-sama. Kita pernah yakin suatu saat kita akan
saling memiliki. Kita pernah percaya bahwa, kemenangan yang diperoleh
dengan perjuangan berat, dengan melewati rintangan-rintangan hebat,
nantinya akan lebih nikmat dibanding kemenangan dengan biasa-biasa saja.
Lalu kita terus berjuang, mengupayakan kemenangan itu menjadi sempurna
dan indah, hingga siap dirayakan dalam sebuah resepsi yang meriah.
Tapi... Tapi ujung setiap perjuangan sejatinya hanya ada dua: menang
atau kalah. Terlepas kekalahan itu karena aku mengalah, atau entah
karena aku menyerah, hasilnya sama; aku kalah! Nyatanya aku hanyalah
juara sementara. Tak lebih dari seorang pecundang sinema India. Menang
di awal untuk kemudian kalah di akhir cerita. Aku sempat marah, tapi
kemudian hanya bisa pasrah, merelakan piala yang hanya sempat kugenggam
itu kini dikecup orang lain.
Pada akhirnya aku sendiri lagi, walau ternyata perjuangan belum
berhenti. Iya, aku masih harus berjuang kembali, melupakanmu yang
terlanjur kuat tersimpan di memori hati. Sambil pura-pura menghibur
diri, cinta memang tak harus memiliki.
[Salam Kamfret]
0 comments:
Post a Comment